Soulmate bila diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi belahan jiwa. Seseorang yang dengannya kita akan menjalani hidup ini. Soulmate banyak diistilahkan sebagai pasangan hidup, pendamping hidup, atau singkatnya suami/istri kita.
Idealnya, soulmate memiliki banyak persamaan dengan kita, karena dalam Kejadian 2:23 dituliskan, ‘Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki".’
Maka tidak heran bila banyak orang mengatakan dia telah menemukan bagian dari dirinya yang lain pada saat menemukan pasangan hidupnya. Permasalahannya, apakah soulmate kita akan persis sama dengan diri kita?
Ketahuilah bahwa pasangan hidup tidak mesti memiliki kepribadian yang sama dengan kita, malah bisa jadi bertolak belakang namun saling mengisi. Akan tetapi tidak berarti juga bahwa tanpa pasangan kita menjadi tidak lengkap. Sebab setiap kita adalah utuh, walaupun tanpa pasanga. Kita adalah orang-orang yang lengkap, karena dilengkapi oleh Roh Kudus yang ada di dalam kita.
Lalu, mengapa kita membutuhkan pasangan hidup? Jawabannya dapat ditemukan di Kejadian 2:18, ‘TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia".’
Selain itu, kita juga dapat temukan pada Pengkotbah 4:9-12, ‘Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya! Juga kalau orang tidur berdua, mereka menjadi panas, tetapi bagaimana seorang saja dapat menjadi panas? Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.’
Pasangan hidup kita berperan utama untuk menolong kita terutama dalam kelemahan kita. Tidak dapat disangkal, perbedaan besar antara peran pria dan wanita sesuai dengan maksud yang digariskan Tuhan. Pria dengan peran sebagai pemimpin dan wanita dalam peran sebagai penolong. Pria pada umumnya memikirkan global dan wanita memikirkan detail. Masih banyak lagi perbedaan-perbedaan yang lain yang kalau dituliskan satu persatu akan sangat banyak. Menarik sekali melihat rancangan Tuhan dalam diri pria dan wanita, yang dimaksudkan untuk saling mendukung satu sama lain, terutama saat kondisi sulit menimpa.
Masalahnya bagaimana bila sampai saat ini kita belum menemukan pasangan hidup padahal umur sudah merangkak naik?
Jangan kuatir, serahkanlah kekuatiran Anda pada Tuhan dan senantiasalah berdoa dan bersyukur untuk apa yang telah Tuhan berikan.
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus” (Filipi 4:6-7).
Tetap beriman dan percaya bahwa suatu saat kita akan menemukan pasangan hidup kita.
“Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya” (1 Yohanes 5:14-15).
Tetap berusaha untuk menemukan pasangan hidup dengan cara-cara yang elegan, yaitu dengan tetap menjalin pergaulan, persahabatan, membuka diri bagi orang lain, dan bukan hanya berhenti dalam doa dan beriman saja.
“Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati” (Yakobus 2:17).
Berikan yang terbaik! Lakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati.
“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kolose 3:23).
Semua ada waktunya! Karena lebih baik menanti pasangan hidup yang tepat daripada bergegas dan berakhir dengan kekecewaan besar karena memilih yang tidak tepat.
“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya” (Pengkotbah 3:11a).